Tiga Hal yang Menjadi Tugas Guru
Dalam perspektif Islam, guru tidak hanya mendidik dengan mengembangakan nilai-nilai kehidupan; mengajar dengan meneruskan iptek; dan melatih keterampilan para murid agar bisa berkompetisi di dunia industri. Namun ada tiga hal yang menjadi tugas strategis para guru.
1. Mendidik murid berkepribadian Islam.
Guru bisa diibaratkan sebagai pelukis yang siap membuat goresan-goresan dalam kanvas yang putih bersih. Goresan-goresan tersebut yang dapat melukiskan baik buruknya kepribadian para murid yang dapat tercermin dari penilaian lingkungannya. Tentu, sebaiknya para guru menggoreskan kebaikan, sehingga para murid memiliki akhlak yang baik dalam diri, lingkungan dan kepada Sang Pencipta.
Abu Darda’ meriwayatkan: Aku mendengar Nabi Muhammad saw berkata, “Tak ada yang lebih berat pada timbangan (Mizan, di hari Pembalasan) dari pada akhlak yang baik. Sungguh, orang yang berakhlak baik akan bisa setara dengan mereka yang berpuasa dan sholat.”(HR. al-Tirmidzi)
Akhlak yang baik merupakan pondasi bagi para murid untuk menjalani kehidupan di dunia serta menjadi bekal yang cukup di akhirat kelak. Untuk memiliki akhlak yang baik tersebut, guru berperan dengan mengarahkan para murid agar mengerti bahwa tujuan Allah menciptakan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepadaNya. Beribadah dalam hal ini berarti mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh keikhlasan. Serta melakukan hal-hal yang baik seperti selalu berprasangka baik, menghormati dan berbakti kepada orang tua.
”Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku”[TQS. Adz-Dzariyat : 56]
Konsep Islam lah yang patut diberikan oleh guru kepada muridnya. Misalnya, mengajarkan kejujuran dengan tidak membiarkan murid-murid melakukan kecurangan dalam mengerjakan ujian. Contoh lainnya, tidak mengarahkan dan/atau mendukung muridnya memiliki impian di masa depan yang tidak baik seperti menjadi penyanyi dangdut yang identik dengan pakaian yang tidak sopan. Apabila pemahaman yang diberikan oleh guru kepada muridnya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka buruk lah akhlak yang didapatkan. Pahala dan dosa seorang guru dapat dinilai dari baik buruknya akhlak murid-muridnya.
”Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan menanggung dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun”[HR.Muslim]
2. Menjadi contoh bagi muridnya.
Seorang guru yang berpenampilan baik, penuh ketegasan dan kejujuran menjadikan kesan yang baik dan positif dihadapan murid-muridnya. Semua yang disampaikan oleh guru akan menjadi panutan bagi para murid. Hal ini akan berdampak kepada perilaku murid sehari-hari. Misalkan, guru yang selalu bersikap jujur dalam mengajar maka para murid juga akan berbuat jujur dalam bicaranya. Sehingga, guru dapat menjadi teladan yang strategis bagi murid dalam bersikap.
“Wahai orang yang beriman, kenapakah kamu mengerjakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan”[TQS. Ash-Shaff : 2-3]
3. Mendidik murid sesuai keahlian.
Kemampuan murid berbeda-beda dan tidak bisa disamakan. Ada yang ahli di bidang matematika, IPA, bahasa atau kesenian. Seorang guru sebaiknya mengetahui potensi keahlian yang dimiliki para muridnya dan mendukung penuh apa yang disukai. Bukan malah sebaliknya, karena tuntutan sistem pendidikan yang ada, guru juga menuntut semua murid agar bisa menguasai mata pelajaran yang ada. Hal ini dapat membuat dampak yang tidak baik bagi diri beberapa murid karena ketidak tulusan hati mereka dalam mempelajari semua pelajaran.
Guru yang tulus, mengajar dengan penuh kesabaran dan senyuman semangat, itulah yang dapat menghidupkan suasana belajar mengajar yang kondusif dan positif. Murid hanya membutuhkan suasana belajar yang menyenangkan, begitu juga dengan guru tentunya, menginginkan suasana mengajar yang tenang dan penuh semangat. Karena guru memiliki spesialisasi kemampuan mengajar, begitu juga dengan murid, berhak memiliki spesialisasi kemampuan dalam belajar. Sesungguhnya, potensi kemampuan yang dimiliki murid kelak akan membawanya kepada kesuksesan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang lain.
“Manusia yang paling baik ialah orang yang baik budi pekertinya” (HR Imam Ath-Thabrani).
— ALAMFAY (@Alamfaycom) July 10, 2014
0 Response
Post a Comment
Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)