Ayo Berhenti Melahirkan Maksiat!
Menjaga pandangan, pikiran dan lisan serta hati dari hal-hal haram yang menjerumuskan untuk melakukan maksiat merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Saat ini, dengan kemajuan teknologi dan tidak terbendungnya opini-opini dari sistem buatan yang mengutamakan kebebesan membuat tidak sedikit mata-mata manusia memandang apa yang tidak halal baginya.
“Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah iblis. Maka barang siapa yang menahan pandangannya dari kecantikan seorang wanita karena Allah, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya.”
(HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak,V:313; Al-Qudha’i dalam Musnad Asy-Syihab, no. 292; dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa, hlm.13; dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu. Juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, no. 10362 dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa, hlm. 140 dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu)
Sesungguhnya, betapa ringan menjaga pandangan kepada yang haram daripada menanggung kerugian yang ditimbulkan terus-menerus.
Bermaksiat kepada Allah juga bisa datang dari diamnya lisan dan perkataan yaitu manusia yang diam untuk mengatakan kebenaran dan sebaliknya, manusia yang berkata yang tidak benar, mereka seperti setan.
Iman seseorang tidak akan lurus sampai lurus hatinya. Dan hati seseorang tidak akan lurus hingga lurus lidahnya.
(HR. Ahmad)
Jika diperhatikan, dalam minggu-minggu kampanye Pilpres 2014 ini, banyak manusia-manusia yang tidak bisa menjaga lisan mereka dengan baik hanya untuk mendukung salah satu calon dukungan. Mereka rela berbuat nista, menyebarkan fitnah, dan mencari-cari aib pasangan musuh dengan membongkar ke publik masa lalunya yang mungkin memalukan.
Siapa yang mencari-cari aib orang lain, maka Allah akan mencari-cari aibnya.
(HR. Abu Dawud)
Padahal Allah SWT dalam Al Qur’an telah memerintahkan untuk menyeru kepada kebajikan dan tidak berbuat kemungkaran.
“Dan haruslah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imron: 104)
Adab-adab dalam bertutur kata yang baik telah dicontohkan oleh Rasululullah SAW yang dengan sabda-sabdanya yang mulia.
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti hawa nafsu pada perut kamu dan kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.”
(HR. Ahmad)
Semua hal buruk yang dilakukan oleh manusia adalah usaha setan dengan segala rayuan dan godaannya. Setan akan terus melakukannya sampai berhasil kecuali kepada mereka yang kuat imannya.
“Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak Adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustaknnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Maka dari itu teman-teman, mari saling mengingatkan untuk berhenti dari segala aktivitas yang dapat melahirkan maksiat, karena hal tersebut sangat dibenci oleh Allah.
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka hendaklah ia mengubah dengan lisan, serta kalau ia tidak sanggup maka hendaklah ia mengubahnya dengan hati, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Lebih baik gunakan lisan untuk beristighfar dan membaca Qur'an teman, daripada digunakan untuk berbicara yang nista dan fitnah. :)
— Alamfay.com (@Alamfaycom) July 3, 2014
Salah satu kemaksiatan terbesar dalam Islam adalah riba (rentenir). Allah SWT menyebut pemakan riba sebagai orang gila yang kerasukan setan dan mengancam dengan azab yang kekal di neraka:
ReplyDelete“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Dan barang siapa yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Qs. Al-Baqarah 275)