Dari Allah, Untuk Allah dan Kembali kepada Allah

Dari Allah, Untuk Allah dan Kembali kepada Allah
Share
Ada tiga pertanyaan besar yang perlu ditanyakan kepada setiap manusia yang telah mampu berpikir atau yang sudah baligh. 

Pertama : Darimanakah manusia berasal? 
Semua orang telah mengetahui bahwa manusia pertama di muka bumi adalah nabi Adam AS. Allah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr : 26)
Setelah itu, Allah menciptakan istri nabi Adam AS. yaitu Siti Hawa dari tulang rusuknya.
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam"
(HR. Bukhari-Muslim)
Begitulah Allah menciptakan manusia, sebuah proses penciptaan yang sangat mulia, tidak bisa disamakan dengan teori evolusi milik Charles Darwin. Kejadian manusia selanjutnya adalah keturunan Adam dan Hawa kecuali nabi Isa AS. Allah telah memberikan kelebihan-kelebihan terhadap manusia daripada makhluk lain.

‘’Dan sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan’’
(QS Al Israa : 70)
Proses penciptaan manusia secara biologis juga telah dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an, jauh waktu sebelum manusia sendiri melakukan penelitian yaitu manusia berasal dari "saripati dari tanah" yang dimaksud adalah protein, sari-sari makanan yang berasal dan hidup dari tanah. Melalui proses metabolisme di dalam tubuh, protein menghasilkan sperma, kemudian dari hasil hubungan seksual, maka terjadilah pembauran antara dan ovum di dalam rahim hingga mewujudkan manusia yang sebaik-baik bentuk.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik."
(QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14). 

Kedua : Untuk apa manusia hidup?
Menurut data statistik Indonesia, harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025. Jika dibandingkan dengan waktu di akhirat, perbandingannya 1:1000 tahun atau 1:365.000 hari. Jadi, jika hidup di dunia 73,6 tahun, itu berarti kurang dari 2 jam di akhirat.

Data tersebut menunjukkan, betapa sedikitnya waktu hidup manusia di dunia. Sesungguhnya, dunia adalah jembatan manusia menuju akhirat. Jika mampu melewati jembatan tersebut dengan penuh kesabaran dalam menghadapi cobaan dan godaan yaitu dengan senantiasa menyembah hanya kepada Allah maka surga lah yang menjadi kehidupan di akhirat nanti.
” Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku..”
(QS Adzdzariyat :56) 
Sepatutnya manusia yang telah mampu berpikir untuk apa hidup di dunia ini yaitu hanyalah tunduk dan patuh atas segala apa yang telah diperintahkan oleh Allah melalui Al Qur’an dan As Sunnah sehingga apapun yang tidak sesuai dengan hukumNya akan ditinggalkan. Maka, sebelum ajal menjemput, Rasulullah mewanti-wanti umatnya:
‘’Optimalkan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: mudamu sebelum pikun, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum miskin, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.’’
 (HR. Al Hakim) 
Oleh sebab itu, mencari ridho Allah lah tujuan hidup manusia, sebuah ultimate goal yang menghantarkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya.

Ketiga : Kemana manusia setelah mati?

Kehidupan di dunia hanyalah sementara karena sesungguhnya kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Pasti, semua yang bernyawa akan merasakan masa berpisah dengan dunia dan seisinya yaitu kematian. Tidak ada yang bisa menghidar dari takdir Allah ini.
“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.”
(Al-Anbiya`: 35)
Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian.
(HR. At-Tirmidzi) 

Setelah mati, manusia mengalami beberapa tahapan sebelum dihidupkan kembali oleh Allah. Di alam barzakh, manusia akan mendapatkan nikmat atau adzab sesuai dengan amal dan perbuatannya. Beberapa hal yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah shalat wajib, shaum, zakat, dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung silaturahim, segala perbuatan ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia, juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur. Seluruh yang di langit dan bumi akan mati ketika ditiup sangkakala yang pertama.
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT” 
( QS. Az Zumar :68 ). 
Kemudian pada tiupan sangkakala kedua manusia dibangkitkan lagi untuk kemudian dikumpulkan di padang mahsyar untuk dihisab dan diambil keputusan.
“Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan." 
(QS. Al Jatsiah:28). 
Setelah manusia mendapatkan catatan amalnya selama di dunia, tibalah hari penimbangan dimana yang kafir akan masuk neraka sedangkan yang Islam masih melalui tahapan telaga.
"Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak."
(HR. Bukhari Muslim) 
Belum sampai disitu, umat Islam masih diuji keimanannya untuk mengetahui apakah benar keimanannya atau hanyalah munafik belaka. Manusia yang lolos akan melewati jembatan Shirath yang berada di atas neraka jahannam dimana Rasulullah yang pertama kali melewatinya.
“Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.
(HR. Bukhari). 
Bagi orang mukmin yang berhasil melewati jembatan Shirath maka yang terakhir akan melewati jembatan sebelum akhirnya memasuki surga yang telah diimpikan.

Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antata satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.
(HR. Bukhari). 
Tiga pertanyaan besar yang perlu ditanyakan kepada setiap manusia yang telah mampu berpikir atau yang sudah baligh tersebut terangkum dalam firman Allah.
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."
(QS. Al Baqarah : 28).

0 Response

Post a Comment

Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel