Jejak Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir (5 Maret 1909 - 9 April 1966) merupakan perdana menteri pertama Indonesia, setelah berkarir sebagai kunci penyelenggara nasionalis Indonesia pada 1930-an dan 1940-an.

Sjahrir lahir pada 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang penasihat Sultan Deli. Ia belajar di Medan dan Bandung, dan kemudian belajar hukum di Universitas Leiden, Belanda sekitar tahun 1929. Di Belanda ia mendapatkan penghargaan untuk prinsip-prinsip sosialis, dan merupakan bagian dari serikat buruh beberapa saat ia bekerja untuk mendukung dirinya. Dia secara singkat menjadi sekretaris Asosiasi Bahasa Indonesia (Perhimpunan Indonesia), sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda.

Ia kembali ke Indonesia pada tahun 1931 tanpa menyelesaikan gelar sarjana hukum. Dia membantu mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), dan menjadi rekan dekat masa depan wakil presiden Mohammad Hatta. Dia dipenjarakan oleh Belanda karena kegiatan nasionalis pada bulan November 1934, pertama di Boven Digul, kemudian di Banda, dan kemudian pada tahun 1941, tepat sebelum Hindia jatuh ke tangan Jepang, di Sukabumi. Selama pendudukan Jepang di Indonesia ia memiliki sedikit peran publik , karena sakit TBC.

 
Dia diangkat Perdana Menteri oleh Presiden Soekarno pada bulan November 1945 dan menjabat sampai bulan Juni 1947. Sjahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948, yang meskipun kecil, sangat berpengaruh pada masa pasca-kemerdekaan tahun awal, karena keahlian dan tingkat pendidikan yang tinggi para pemimpinnya. Tapi pesta tampil buruk dalam pemilihan umum 1955 dan dilarang oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Sjahrir dipenjara pada awal tahun 1960.

 

Pada tahun 1965, setelah menderita stroke, Syahrir dibebaskan dari penjara dan pergi ke Zurich untuk berobat. Salah seorang kawan dekat yang pernah menjabat wakil ketua PSI Sugondo Djojopuspito menghantarkan beliau di Bandara Kemayoran dan Syahrir memeluk Sugondo degan air mata. Dan akhirnya, dia meninggal di Swiss pada tanggal 9 April 1966.