Makna Hidup Manusia Adalah Ibadah

Makna Hidup Manusia Adalah Ibadah
Share
Hidup di dunia ini memang akan terasa mudah jika mengerti makna untuk apa hidup yang sebenarnya. Bagi orang yang tidak atau belum mengerti, orientasi mereka hanyalah mengejar kesenangan duniawi semata. Seakan tidak ada semangat untuk memikirkan apa yang akan terjadi setelah mati nanti. 

Ada beberapa hal yang dapat menuntun manusia untuk mengetahui makna hidup yang sebenarnya dan menjaga diri dari orientasi duniawi. 

1. Hidup di dunia hanya sementara

Sukses di dunia tidak lah cukup, karena kehidupan yang kekal berada di akhirat. Hidup di dunia yang sementara menjadi penentu kesuksesan hidup seseorang di akhirat kelak. Orientasi hidup di dunia yang kurang benar akan mengakibatkan keburukan di akhirat. Begitu sebaliknya, melakukan kebaikan-kebaikan yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasulullah bisa menjadi tiket masuk ke surganya Allah. Semua pilihan langkah yang diambil di dunia ini juga akan diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Jadi, fokus hidup sebenarnya adalah untuk kebahagiaan dan kesuksesan di akhirat. Dari Zaid bin Tsabit ra. beliau berkata, kami mendengar Rasulullah Saw. bersabda, 

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya & menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dlm hatinya, & (harta benda) duniawi datang kepadanya dlm keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“. 
(HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) & lain-lain dengan sanad yang shahih) 

2. Dunia hanya kesenangan semu 

Banyak manusia bahkan muslim yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk mencari kesenangan di dunia yang sebenarnya semu belaka. Allah SWT pun berfirman: 
"Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara. Akhirat itulah sesungguhnya yang kekal."
(TQS al-Mu’min [23]: 39)
Kesenangan di dunia yang sementara ini telah banyak membuat manusia untuk melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Orang tua yang sebenarnya menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam bertingkah-laku, kadang juga melakukan hal yang tidak baik demi mendapatkan duniawinya. Hal ini yang dapat menyebabkan anak-anak juga berbuat hal yang mengejar kesenangan duniawi semata. Orang tua yang baik akan mengingatkan kepada anak-anaknya bahwa hanya Allah yang menguasai dunia ini beserta segala tipu dayanya.

Manusia juga tidak bisa menghindari dari pemutus kesenangan yaitu kematian. Hidup dan mati manusia telah diatur oleh Allah SWT. 

"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian."
[HR Ibnu Majah, no. 4.258; Tirmidzi; Nasai; Ahmad] 

3. Harta itu milik Allah SWT 

Harta yang baik sejatinya adalah yang didapatkan dengan usaha yang diridhoiNya. Allah SWT adalah Maha Memberi Rezeki dan Maha Kaya. Dia lah yang berhak menentukan rezeki manusia yang terbaik.
”Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya).” 
[TQS. Yunus : 55]
Namun, kebanyakan manusia masih saja merasa tidak puas dengan harta yang telah dimiliki. Mereka lupa untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Bisa jadi, Allah mengujinya dengan kekurangan harta.
 ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” 
[QS. Al-Baqarah : 155]
Ujian kepada manusia melalui hartanya seringkali membuat mereka tidak menggunakan harta yang dimiliki untuk hal-hal yang baik dan berguna, melainkan menggunakannya untuk bersenang-senang ria yang tidak sesuai yang diperintahkan oleh Allah.
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi” 
[TQS. Al-Munaafiquun : 9]
Nikmat harta sebenarnya menjadikan manusia untuk menggunakannya sebagai bekal beribadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Karena harta yang didapatkan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
“Kaki anak Adam tidak akan bergeser di hadapan Rabb-nya pada Hari Kiamat nanti sebelum ditanya tentang lima perkara (yaitu): umurnya, bagaimana ia lalui; masa mudanya, bagaimana ia habiskan; hartanya darimana ia dapatkan dan bagaimana ia belanjakan; serta tentang apa yang telah ia amalkan dari ilmu yang ia miliki.” 
[HR at-Tirmidzi]

0 Response

Post a Comment

Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel