Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Perlu diketahui, fase kanak-kanak merupakan tempat yang subur bagi pembinaan dan pendidikan. Pada umumnya masa kanak-kanak ini berlangsung cukup lama. Seorang pendidik dalam hal ini orang tua, bisa memanfaatkan waktu yang cukup untuk menanamkan segala sesuatu dalam jiwa anak, apa saja yang orang tua kehendaki. Toh, jika masa kanak-kanak ini dibangun dengan pondasi tauhid, maka dengan ijin Allah ta’alakelak anak akan tumbuh menjadi generasi bertauhid yang kokoh. Orang tua hendaknya memanfaatkan masa ini sebaik-baiknya.
Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid, dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 48, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki”.
Menurut Ibu Nur yang mempunyai dua orang anak, Bayu (10) dan Zasky (6), mengajarkan tauhid pada anak itu sangat penting. Bagi orang tua, mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
Teladan Mendidik Anak
Rasulullah Saw memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas Ra dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan, Ibnu Abbas bercerita : “Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah”.
Selain Nabi, teladan lain yang diabadikan dalam al-Qur’an adalah Luqman. Kita akan ingat bagaimana Luqman Al-Hakim mengajarkan anaknya agar tidak menyekutukan Allah. Disebutkan kisahnya oleh firman Allah SWT dalam surat Luqman ayat 3 yang mengatakan, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya : ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” Ibnu Katsir juga telah mengatakan dalam kitab tafsirnya bahwa Luqman berpesan kepada putranya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak mendapat pemberian paling utama dari pengetahuannya. Oleh karena itulah, Luqman dalam wasiat pertamanya berpesan agar anaknya menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Syirik disini diungkapkan dengan perbuatan zhalim, mereka mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman, yakni dengan kemusyrikan atau menyekutukan AAllah dengan yang lain. Selanjutnya, Luqman mengiringinya dengan pesan yang lain, yaitu agar anaknya menyembah Allah semata dan berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya di surat al-Israa’ ayat 23:“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan
Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya.
Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya.
Seperti yang dilakukan Ibu Nur kepada anak-anaknya dengan memberikan keteladanan dan menjadi sahabat bagi mereka. Menurutnya, para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya. Karena, akan sangat lucu jika yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.
Memotivasinya Anak Berbuat Baik
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
Demikianlah seharusnya kita sebagai orang tua memberikan pendidikan tauhid kepada anak. Bukan dengan cara kekerasan, tapi kelembutan dan kasih sayang sebagai orang tua. Kita harus bisa memahami keadaan anak secara baik dan menggunakan metode yang tepat dalam mengajarkan tauhid sesuai kebutuhan mereka. Karena sebenarnya,
setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Oleh karena itu, carilah metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah. (lin/ berbagai sumber)
setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Oleh karena itu, carilah metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah. (lin/ berbagai sumber)
Tips
7 Tips Mendidik Cara Rasulullah:
- Menanamkan tauhid secara intensif dan terus menerus
- Mendidik dengan reward/ hadiah
- Memilih sekolah yang islami
- Berikan pembinaan akhlak dan perilaku
- Arjarkan berdoa sebelum memulai segala aktifitas
- Memperkenalkan tokoh-tokoh Islam, mulai para sahabat nabi, para Imam dan ulama, para pahlawan dan mujahidin Islam, baik dalam atau luar negeri melalui cerita atau buku bergambar
- Apabila anak melakukan kesalahan, bantu mereka untuk menemukan jalan untuk memperbaiki kesalahannya, tanpa harus mengancam dengan dosa, neraka dan sebagainya
0 Response
Post a Comment
Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)