10 dari 70 Tips Renungan Meditasi (3)

10 dari 70 Tips Renungan Meditasi (3)
Share

21. Menentramkan Batin

Kita tidak bisa membeli ketentraman batin. Yang satu ini tidak ada urusannya dengan uang atau harta-benda, pangkat, jabatan, pengaruh, kekuasaan maupun popularitas. Kepemilikan atas harta, bukanlah sesuatu yang salah menurut ajaran manapun. Namun, terbelenggu oleh kemilikan atas materi duniawi inilah yang melahirkan konflik internal maupun eksternal. Pemenuhan demi pemenuhan hasrat kemilikan tidak akan menyudahinya; bahkan sebaliknya, malah menumbuhkan dan memperkuat keserakahan.

Kita bisa saja punya harta benda yang melimpah ruah, namun itu tidak mengurungkan untuk senantiasa dirongrong kekhawatiran kalau-kalau mereka tiba-tiba hilang ataupun menyusut. Jabatan, popularitas dan sejenisnya juga memiliki sifat yang sama; sama-sama mengundang kekhawatiran. Tiada ketenangan pada batin yang dipenuhi kekhawatiran dan rasa was-was.

Betapapun kita tahu bahwa kita menua setiap saat, namun secara naluriah ada kecenderungan untuk menolak hukum alam itu. Kita tak segan-segan mendandani tubuh, melatih tubuh untuk dapat mempertahankan jasmani ini dari proses penuaan. Sadarkah kita bahwa apa yang kita lakukan sebetulnya adalah melawan hukum alam ?

Bila kita perhatikan dengan lebih seksama lagi, akan dipahami bahwanya ketentraman bukanlah suatu anugerah; ia adalah hasil usaha atau merupakan pahala dari perbuatan kita sendiri. Ia tidak terkondisikan secara mutlak oleh iklim diluar; iklim luar memang berpengaruh, sebatas kita mengadakan penolakan pun pengharapan terhadapnya.

Ketentraman adalah kondisi batin yang stabil, di mana gejolak di dalam teredam betapa mestinya.
Bagi seorang meditator, ketentraman batin diupayakannya secara mandiri, maksudnya ia tidak mengharapkannya datang secara otomatis ataupun tenggelam dalam kondisi batin meditatif dengan sendirinya, tanpa pengkondisian awal sama sekali


22. Sesuai Bagi yang Sibuk

Kesibukan menguras banyak enerji fisik dan enerji mental Anda. Bagi yang kesibukannya lebih banyak berupa kegiatan pikiran, kelelahan mental malah bisa menganggu kondisi fisiknya. Oleh karenanya, bukan saja meditasi sesuai bagi mereka yang sibuk, ia bahkan merupakan kebutuhan mentalnya.

Meditasi memberi pemulihan, bahkan me-recharging lagi dengan enerji fisikal dan mental lebih. Ini harus dibuktikan sendiri. Andalah yang bermeditasi, Andalah yang membuktikannya, dan Anda pula yang menikmati manfaatnya.


23. Bagi Siapa Saja

Pernah dan mungkin masih ada yang menyangka bahwa meditasi hanya untuk orang-orang tertentu yang menjalani kehidupan spiritual saja. Sangkaan tersebut jelas keliru. Ia bagi siapa saja; bebas SARA. Ia bahkan bagi semua umur – tentu ada jenjangnya- dan bagi semua jender.

Jadi, bila Anda sebelumnya pernah menyangka lainnya, mulai saat ini buanglah prasangka itu jauh-jauh dan tolong jangan ditularkan kepada siapapun.


24. Menjadikan Hidup Indah

Ini bukan iklan murahan. Ia dapat dibuktikan. Secara naluriah kita mencintai keindahan. Keindahan dapat Anda serap dan hadirkan lagi di hati Anda, hanya bila Anda siap untuk menikmatinya. Keindahan (sundaram) merupakan salah-satu sifat dari Sang Diri.

Sebentuk karya seni tiada lain dari ekspresi rasa keindahan seorang seniman. Sementara seniman, menangkap inspirasinya lewat “meditasi alami” (bagi yang tidak secara khusus menekuni meditasi).

Walaupun Anda bukan seniman, Andapun punya bakat untuk menyerap dan mengapresiasi seni, hingga batas-batas waktu tertentu. Contohnya, Anda akan senang menyaksikan lelaki tampan atau wanita cantik, atau merasa nyaman di pegunungan atau di tepi pantai. Itulah salah satu berkah kita terlahir sebagai manusia.

Penikmatan seni atau keindahan, akan lebih baik bila kita mendekatinya melalui kondisi batin-meditatif. Hidup akan terasa jauh lebih indah, dalam kondisi batin seperti ini.
Bukankah Tuhan juga dipandang sebagai Keindahan Yang Agung Itu ?


25. Mengusir Pikiran-Pikiran Negatif

Pikiran negatif, banyak disebut sebagai biang kerok berbagai penyakit fisik dan mental, oleh para ahlinya. Bahkan, lebih dari delapan puluh persen gangguan fisik, konon bermula dari pikiran negative. Ia bisa ditakuti melebihi virus HIV. Pikiran Negatif juga disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya penuaan dini. Jadi, secara tak langsung, meditasi juga bisa berfungsi sebagai obat ‘awet muda’. Namun untuk yang satu ini, saya harap Anda tidak mempercayainya begitu saja, kecuali setelah Anda buktikan langsung.

Di sisi lain, meditasi bukan saja mengusir pikiran negatif, ia bahkan dapat ‘mengenyahkan’ berbagai gejolak dari bentuk-bentuk pikiran (citta vritti).
Maharshi Patanjali menegaskan, “ yoga citta vritti nirodhah” – “yoga menghentikan gejolak pikiran dan gelora perasaan”. Di dalam Asthanga Yoga – nya, Dhyana atau meditasi merupakan “angga” ketujuh, sebelum Samadhi.


26. Mengantarkan Kita Kembali Pulang

Kita mengenal pepatah: “setinggi-tingginya bangau terbang, ia akan pulang kembali ke sarangnya”. Pulang ke rumah, merupakan aktifitas yang sangat menyenangkan, apalagi setelah kita berkelana sekian lama. Ini bukan saja bagi manusia, namun juga pada binatang sekalipun.

Mungkin inilah aspek spiritual dari meditasi itu, mengantarkan kita kembali pulang kepada Diri Sendiri. Kebiasaan dalam mengarahkan perhatian ke luar, dan terus menerus ke luar, telah ‘menyesatkan’ kita di dunia objek-objek, di dunia materi, di dunia fenomena.

Ketika ‘kesesatan’ ini telah sedemikian parahnya hingga kita menyangka bahwa dan mengidentasikan-diri kita sebagai materi tersebut, atau sebagai efek-efek emosional yang dimunculkannya. Semakin kita menjauh dari akar, dari pokok, kitapun semakin bingung, semakin tersesat. Sesat di alam materi dan fenomena, telah melahirkan prasangka bahwanya memang disinilah asal kita, sehingga disini pulalah semuanya akan berakhir. Dari sinilah kita berangkat dan ke sini jualah kita akan pulang. Kita menyangka bahwa di alam inilah kita berbasis. Kita tak ingat lagi dari mana “asal’ kita.


27. Meditasi Bukan Sekedar Teori

Mengamati, mencermati secara seksama segala gerak-gerik batin sendiri dengan penuh perhatian, merupakan sesuatu yang amat bermanfaat didalam mengembangkan kebijaksanaan (prajna) . Ketika memperhatikannya, kita tak perlu menilainya atau menduga-duga maupun berharap atau menolak. Cukup perhatikan saja seperti apa adanya. Bila telah Anda lakukan seperti itu sesering mungkin, ia akan menjadi kebiasaan Anda. Pikiran dan perhatian Anda seakan enggan untuk memperhatikan yang di luar sana lagi.

Namun sebelumnya, perlu dipahami sebaik-baiknya lagi bahwa meditasi adalah masalah ‘praktek langsung’ atau pengalaman empiris; ia bukan dalil teoritis. Bila kita telah mempraktekkannya secara langsung, maka kita secara pasti akan memahaminya sekaligus memperoleh faedahnya.

Bila Anda baca dengan seksama tulisan ini, bisa saja Anda berpraduga bahwa saya adalah seorang ahli meditasi. Itu keliru; saya sama saja seperti Anda. Tak ada namanya ‘ahli meditasi” itu. Apapun yang kita latih dengan tekun, memberi ketrampilan yang bermanfaat bagi kita. Hanya itu. Dan saya juga bukan seorang Bikshu, Yogi, Sannyasinn pun Guru Meditasi. Sekali lagi, mohon jangan salah duga.

Kita memang cenderung suka menduga-duga begini atau begitu. Sebetulnya, prilaku pikiran serupa ini, seyogyanya enyah dari benak seorang meditator; jangan polusi batin Anda sendiri dengan berbagai dugaan. Batin kita sama saja ‘nakal’-nya, oleh karenanyalah ia perlu dilatih melalui meditasi.
Apa yang saya sampaikan disini, semata-mata dari pengalaman saya yang tidak seberapa.


28. Meditasi Tetap Dilakukan Sendiri

Meditasi harus dilaksanakan sendiri. Ini sangat penting untuk dipahami. Mengembangkan batin, mensucikan pikiran, ucapan dan tindakan, harus kita lakukan sendiri. Kita tak dapat bermeditasi bagi orang lain; sebaliknya, orang lainpun tidak dapat bermeditasi bagi kita.

Ketika masih bayi, kita memang tidak perlu berjalan ke dapur untuk mengambil makanan atau minuman; ibu kita akan selalu siap menyusui dan menyuapi kita. Akan tetapi kita tetap harus memakan atau meminumnya sendiri. Ibu atau orang-tua hanya menyediakan saja. Di sini, baik orang-tua maupun Guru hanya bertindak sebagai pembantu, memfasilitasikan segala sesuatunya bagi Anda. Bagusnya adalah, kendati meditasi mesti dilakukan secara benar-benar mandiri, namun hasilnya, berkah daripadanya, dapat dibagi-bagikan, dapat ditularkan juga kepada orang lain sebagai Yajna.


29. Memang Perlu Pelatihan

Kita tak dapat langsung duduk di hadapan setir sebuah mobil dan ‘sim…..salabim…’, Anda telah ngebut di tengah keramaian kota dengan kecepatan 60 km/jam. Tidak demikian bukan ? Kendati Anda seorang pembalap formula-satu sekalipun, awalnya Anda masih butuh beberapa menyesuaikan-diri dengan dan mengakrabi kendaraan serta medan.

Kendati batin meditatif terjadi secara spontan pada waktunya, awalnya ia perlu persiapan dan pelatihan. Sebagai suatu keterampilan, ia perlu pelatihan-pelatihan; tak jauh bedanya dengan nyetir, mengetik atau keterampilan lainnya. Ia butuh persiapan, pengkondisian awal dan pelatihan.


30. Desa, Kala, Patra Senantiasa Penting

Sepintar apapun Anda bermain sepak-bola, Anda tetap tak dapat melakukannya dengan baik di dapur. Anda butuh ruang yang cukup untuk itu. Ada tempatnya untuk melakukan sesuatu. Anda pun tak bisa mendatangi sebuah kantor atau unit pelayanan sosial setiap waktu. Ada waktunya kapan Anda harus ke pasar, kapan Anda mandi, kapan Anda makan, Kapan Anda pergi ke tempat kerja, dan lain sebagainya. Jelas ada waktunya untuk melakukan kegiatan apapun.

Di Mayapada ini, pengkondisi desa-kala-patra --- ruang, waktu dan kausasi----- tetap berlaku. Ini juga berlaku di dalam menyelenggarakan meditasi. Bilamana Anda telah cukup maju, ia memang bisa Anda lakukan di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Akan tetapi pada tahap-tahap awal, penyesuaian-penyesuaian terhadap tempat (desa), waktu atau jadwal (kala) dan beberapa penyesuaian terhadap pengkondisian terkait lainnya (patra) penting untuk diperhatikan

Saat brahmamuhurta, sekitar pukul 4.00 waktu setempat, dipercaya sebagai waktu yang ideal untuk bermeditasi; bahkan antara pukul 2.00 hingga pukul 4.00. Pada bulan mati (tilem) dan sehari sesudahnya (penanggal kaping pisan), hari ke-empatbelas setelah bulan mati (caturdasi) dan hari purnama, juga beberapa hari lain memang terbukti sangat kondusif bagi penyelenggaraan laku spiritual.

Tempat yang secara fisikal meyejukkan, terlindung dari teriknya matahari, hembusan angin kencang dan dingin, dengan posisi lebih tinggi dari lingkungan sekitar, “jauh” dari keramaian, dekat dengan tempat-tempat suci, merupakan tempat-tempat yang diminati karena juga terbukti banyak membantu kemajuan.

Namun ini bukanlah berarti bahwa kita hanya berlatih di tempat atau pada waktu seperti itu saja. Latihan sedapat mungkin kita lakukan setiap saat, di mana saja dan dalam kondisi apa saja. Seorang Guru pernah mengatakan: “Bilamana Anda punya waktu untuk bernafas, maka Andapun punya waktu untuk bermeditasi”.

0 Response

Post a Comment

Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel