Syirik dan Tauhid di Kehidupan
Berbicara Tauhid maka tauhid itu tidak sekedar mengucapkan dengan lidah “asy-hadu allaa ilaha illallaah wa asy-hadu anna muhammadar rasulullaah”. Melainkan arti tauhid adalah keagungan Ilahi benar-benar tertanam di dalam kalbu. Dan tidak ada lagi tempat bagi keagungan benda lain di dalam kalbu selain-Nya. Dan memahami bahwa zat suci Allah ta’ala itulah tempat kembali setiap perbuatan, gerakan dan diam. Dan bertumpu sepenuhnya kepada Allah dalam setiap perkara. Dan sama sekali tidak ada lagi pandangan serta tawakal pada wujud selain Allah. Dan tidak mentolerir syirik jenis apapun yang berkaitan dengan zat maupun sifat Allah ta’ala.
saat ini memang sudah jelas terbuka hakikat penyembahan terhadap terhadap makhluk, dan setiap orang menaruh benci terhadap hal itu. Tetapi di balik itu ada bentuk penyembahan lain, yaitu penyembahan terhadap sarana atau materi adalah sejenis kemusyrikan yang sering luput dari perhatian kita. Misalnya petani mengatakan: “Jika saya tidak bertani, dan pertanian saya tidak membawa hasil, maka tidak akan bisa hidup”. Demikian pula orang-orang dari setiap profesi bertumpu sepenuhnya terhadap pekerjaannya. Dan menganggap bahwa jika dia tidak melakukan pekerjaan itu maka dia tidak akan bisa hidup. Itu namanya penyembahan terhadap sarana atau materi. Dan hal itu terjadi karena mereka tidak punya iman terhadap kekuasaan-kekuasaan Allah ta’ala.
Jangankan pekerjaan-pekerjaan dan sebagainya itu, air, udara makanan dan sebagainya, yang mana kehidupan ini bersandar pada materi-materi tersebut, itupun tidak akan memberi manfaat kepada manusia selama belum ada izin dari Allah ta’ala. Oleh karena itulah ketika meminum air, kita hendaknya mengingat bahwa Allah ta’ala lah yang telah menciptakan air itu. Dan air itu tidak akan dapt memberi manfaat selama tidak ada kehendak Allah ta’ala. Melalui kehendak Allah ta’ala air itu memberikan manfaat. Dan apabila Allah ta’ala menghendaki maka pasti Dia memberikan air tersebut.
Apapun pekerjaan yang ada, apakah itu pekerjaan masyarakat atau apa saja, selama padanya belum turun berkat dari Langit, selam itu pula tidak akan beberkat. Ringkasnya harus ada keyakinan sempurna terhadap kekuasaan-kekuasaan Allah ta’ala. Seseorang yang tidak memiliki iman seperti itu, berarti di dalam dirinya terdapat seuntai urat atheisme. Pertama-tama suatu perkara diputuskan di Langit, kemudian barulah berlangsung di bumi.
0 Response
Post a Comment
Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)