Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Sambutan Rakyat
a. Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia, pemimpin Domei Indonesia Adam Malik dari tempat persembunyiannya di Bungur Besar menelepon Asa Bafagih dan mendiktekan bunyi teks proklamasi.
Adam Malik minta agar berita tersebut diteruskan kepada Pangulu Lubis untuk segera disiarkan tanpa izin Hodohan (sensor Jepang) sebagaimana biasanya. Perintah Adam Malik itu dilaksanakan Pangulu Lubis dengan menyelipkan berita proklamasi diantara berita-berita yang telah disetujui Hodohan yang kemudian disiarkan melalui kawat (morce cast) oleh teknisi Indonesia, Markonis Wua, dengan diawasi Markonis Soegiarin.
Berita tersebut segera menyebar, dapat ditangkap di San Fransisco (AS) maupun di Australia.Pemerintah pendudukan Jepang gempar setelah mengetahui tersiarnya berita kemerdekaan RI.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Secarik kertas itu berisi tulisan tangan Adam Malik dan tertulis "Harap berita terlampir disiarkan." Lampiran berita yang dimaksud adalah naskah proklamasi yang sudah dibacakan Soekarno pada pukul 10 pagi.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Ihwal tersiarnya berita itu di RRI bermula dari inisiatif Syahrudin, seorang wartawan muda Antara di Domei yang menyampaikan berita itu kepada petugas radio Kartidjo Hardjomoeljo alias Tjepot yang lalu menghubungi Soendoro di kantor berita Domei karena ragu untuk menyiarkannya.
Setelah mendapat penjelasan dari Soendoro, maka berita proklamasi tersebut disiarkan.Berita itu membuat kaget penguasa Jepang. Setelah diselidiki diketahui bahwa asal berita tersebut adalah dari Domei.
Di Surabaya, berita kemerdekaan dari Domei Jakarta diterima Markonis Jacub dan diberikan kepada Raden Mas Bintarti dan wartawan Soetomo (Bung Tomo).Juga diteruskan kepada surat kabar Soeara Asia namun ketika hendak disiarkan datang berita bantahan yang dibuat Tanabe sehingga redaksi Soeara Asia bimbang.
Setelah mengecek situasi yang sebenarnya ke Jakarta melalui telepon redaksi Soeara Asia memutuskan tetap menurunkan berita tersebut. Mereka malah membuat selebaran-selebaran berita proklamasi serta menempelkan berita-berita itu dengan huruf-huruf besar di depan kantor Soeara Asia.
Merasa sudah merdeka, orang-orang Indonesia di Domei Surabaya menguasai peralatan Domei untuk memantau berita-berita, disamping untuk menyiarkan buletin Siaran Kilat tanpa mencantumkan nama Domei.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei.
Ketika berita Proklamasi sampai di Bandung melalui "morse cast" dari Domei Jakarta, wartawan dan markonis Domei Bandung yang nasionalis terjegal saat akan menyebarkan berita gembira tersebut.
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.
b. Sambutan Rakyat
Rakyat terharu atas keberhasilan perjuangan selama ratusan tahun. Di seluruh Nusantara, rakyat mengucapkan rasa syukur dan memanjatkan doa kepada Allah sebagai tanda terima kasih.
Rasa syukur tersebut belum hilang hingga saat ini. Setiap tahun pada bulan Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa.
► Panjat pinang
► Balap bakiak
► Tarik tambang
► Sepeda lambat
► Makan kerupuk
► Balap karung
► Perang bantal
► Memecah balon
► Mengambil koin dalam terigu
► Lari Kelereng
Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia, pemimpin Domei Indonesia Adam Malik dari tempat persembunyiannya di Bungur Besar menelepon Asa Bafagih dan mendiktekan bunyi teks proklamasi.
Adam Malik minta agar berita tersebut diteruskan kepada Pangulu Lubis untuk segera disiarkan tanpa izin Hodohan (sensor Jepang) sebagaimana biasanya. Perintah Adam Malik itu dilaksanakan Pangulu Lubis dengan menyelipkan berita proklamasi diantara berita-berita yang telah disetujui Hodohan yang kemudian disiarkan melalui kawat (morce cast) oleh teknisi Indonesia, Markonis Wua, dengan diawasi Markonis Soegiarin.
Berita tersebut segera menyebar, dapat ditangkap di San Fransisco (AS) maupun di Australia.Pemerintah pendudukan Jepang gempar setelah mengetahui tersiarnya berita kemerdekaan RI.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Secarik kertas itu berisi tulisan tangan Adam Malik dan tertulis "Harap berita terlampir disiarkan." Lampiran berita yang dimaksud adalah naskah proklamasi yang sudah dibacakan Soekarno pada pukul 10 pagi.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Ihwal tersiarnya berita itu di RRI bermula dari inisiatif Syahrudin, seorang wartawan muda Antara di Domei yang menyampaikan berita itu kepada petugas radio Kartidjo Hardjomoeljo alias Tjepot yang lalu menghubungi Soendoro di kantor berita Domei karena ragu untuk menyiarkannya.
Setelah mendapat penjelasan dari Soendoro, maka berita proklamasi tersebut disiarkan.Berita itu membuat kaget penguasa Jepang. Setelah diselidiki diketahui bahwa asal berita tersebut adalah dari Domei.
Di Surabaya, berita kemerdekaan dari Domei Jakarta diterima Markonis Jacub dan diberikan kepada Raden Mas Bintarti dan wartawan Soetomo (Bung Tomo).Juga diteruskan kepada surat kabar Soeara Asia namun ketika hendak disiarkan datang berita bantahan yang dibuat Tanabe sehingga redaksi Soeara Asia bimbang.
Setelah mengecek situasi yang sebenarnya ke Jakarta melalui telepon redaksi Soeara Asia memutuskan tetap menurunkan berita tersebut. Mereka malah membuat selebaran-selebaran berita proklamasi serta menempelkan berita-berita itu dengan huruf-huruf besar di depan kantor Soeara Asia.
Merasa sudah merdeka, orang-orang Indonesia di Domei Surabaya menguasai peralatan Domei untuk memantau berita-berita, disamping untuk menyiarkan buletin Siaran Kilat tanpa mencantumkan nama Domei.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei.
Ketika berita Proklamasi sampai di Bandung melalui "morse cast" dari Domei Jakarta, wartawan dan markonis Domei Bandung yang nasionalis terjegal saat akan menyebarkan berita gembira tersebut.
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.
b. Sambutan Rakyat
Rakyat terharu atas keberhasilan perjuangan selama ratusan tahun. Di seluruh Nusantara, rakyat mengucapkan rasa syukur dan memanjatkan doa kepada Allah sebagai tanda terima kasih.
Rasa syukur tersebut belum hilang hingga saat ini. Setiap tahun pada bulan Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa.
► Panjat pinang
► Balap bakiak
► Tarik tambang
► Sepeda lambat
► Makan kerupuk
► Balap karung
► Perang bantal
► Memecah balon
► Mengambil koin dalam terigu
► Lari Kelereng
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selaku Inspektur Upacara. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.
terima kasih atas informasinya,,, ini sangat membantu saya..
ReplyDeletesemoga berguna...
Delete