7 Tips Setting Kamera Professional
1. Aperture Priority
Saya hampir selalu men-setting kamera pada mode Aperture Priority
(A/AV). Mode ini memberikan kemudahan hampir di semua kondisi
pemotretan. Dengan mengubah diafragma, saya dapat menentukan ruang tajam
dari sebuah obyek dan obyek mana yang out of focus, hal ini
memungkinkan untuk mengarahkan mata pengamat sesuai keinginan saya.
Diafragma yang saya pilih menentukan kecepatan shutter, tergantung dari
ISO yang digunakan.
Diafragma kecil (angka besar) memberikan ketajaman mulai foreground
hingga background. Memasang diafragma besar (angka kecil) akan
meningkatkan kecepatan shutter sehingga Anda bisa membekukan gerakan.
2. CONTINUOUS FOCUS DYNAMIC
Saya mengaktifkan Continuous AF Dynamic pada kamera. Saya fokus
kepada subyek menggunakan satu titik fokus, lalu kamera menggunakan
titik fokus itu bersama 20 titik lainnya untuk mengunci target yang
bergerak, membuatnya tetap dalam area fokus sehingga saya bisa
berkonsentrasi kepada komposisi. Selama subyek masih berada dalam area
target, fokus akan tetap terkunci.
3. CONTINUOUS HIGH ADVANCE
Dengan menggunakan setting Continuous High Advance (9 frame per
detik), saya dapat merekam gerakan cepat, beberapa frame sekaligus dalam
sekali klik (Gambar 1.27), tidak ada satu gerakan pun yang luput.
4. 3D MATRIX METERING
Saya mengandalkan sistem metering kamera saya untuk menyajikan
eksposur yang tepat. 1005 pixel 3D Matrix Metering (Evaluate Metering
pada kamera Canon) mengevaluasi suatu scene, lalu menghitung komposisi
gelap dan terang pada area tersebut, melakukan komparasi dan
penghitungan rumit pada sebuah database, lalu menyajikan hasil akhir
berupa indikasi keseimbangan.
5. RAW vs JPEG FORMAT
Untuk informasi, resolusi dan fleksibilitas, saya memasang setting
pada pilihan RAW + JPEG. Format RAW membawa informasi tak terhingga
menyangkut warna dan ketajaman foto. Sangat memungkinkan memberikan
adjustment pada eksposur, white balance sebelum proses final, yaitu
meng-convert-nya menjadi JPEG. Hal ini menjadi fleksibilitas dalam
menjaga kualitas foto. RAW memiliki puluhan ribu tonal value sementara
JPEG memiliki ratusan tonal values. Namun apakah lebih banyak selalu
lebih baik? Hal ini tergantung pada kebutuhan output Anda. Bila Anda
hanya memerlukan foto untuk keperluan web atau social media, JPEG sudah
cukup membantu karena tidak memerlukan sentuhan mendetail dan ukurannya
cukup kecil untuk dikirim via email. Namun bila Anda berencana untuk
mencetak foto dalam ukuran besar atau membuat setiap warna dan detail
tampil maksimal, Anda bisa menggunakan format RAW lalu melakukan
pengaturan lebih lanjut.
6. COLOR SPACE
Adobe RGB menyediakan color palet dengan warna lebih variatif. Saya
mendapatkan gradasi warna dengan transisi yang halus. Memotret dalam
format Adobe RGB membuat hasil cetak foto tampil dengan warna yang saya
inginkan, bila foto diperlukan untuk kebutuhan web atau email, saya
tinggal meng-convert-nya menjadi format lain. Foto yang selesai diolah
masih dapat diubah sesuai keperluan.
7. HIGHLIGHT WARNING
Highlight warning (kadang disebut “blinkies”) memberikan indikasi
area terang pada foto sehingga saya bisa langsung memutuskan untuk
mengambil ulang suatu foto. Dengan mengaktifkan highlight warning pada
menu, saya bisa melakukan zoom-in pada area tersebut dan memeriksa
apakah terdapat detail. Bila terlalu over, maka saya melakukan
pemotretan ulang dengan mengurangi cahaya yang masuk.
0 Response
Post a Comment
Silahkan berkomentar mengenai posting di atas. Terima kasih telah mengunjungi Excellent Education. Semoga Bermanfaat. :)